KEREN KAN ?

Jumat, 17 Mei 2013

KEGALAUAN dalam mencari jati diri


S

iapakah sebenarnya aku ini ?        
Pertanyaan yang selalu  mengikuti ku dalam bayang-bayang semu. Tidak bisa aku uraikan siapa diri ini. Sulit banget bagi ku untuk bisa menemukan jawabannya, pertanyaan yang sangat sederhana namun sangat sulit untuk dijawab. Aku masih ingat waktu aku kelas 1 SMP pertanyaan ini muncul secara tiba-tiba ketika aku menyendiri dalam keramaian. Waktu itu keadaan keluarga ku masih senang-senangnya, masih belum ada beban yang harus mereka pikirkan mengenai biaya sekolah ku karena memang waktu itu aku masuk SMP terbuka dan itu semua tanpa biaya. Aku selalu rajin belajar dengan harapan agar nilai ku tidak turun demi kebahagiaan keluarga ku. Hari-hari yang aku jalani begitu indah dan menyenangkan walaupun harus jalan kaki 1 km lebih, namun aku selalu bahagia dengan semua itu. Terkadang kalau hujan aku dan teman-teman ku sengaja basah-basahan agar kita bisa telat masuk  kelas dengan alasan hujan tadi. Terkadang aku suka mengeluh juga kalau jalan kaki, karena orang-orang kaya selalu diantar jemput. Kehidupan mereka begitu sempurna yang aku lihat. Namun aku sadar mereka itu hanya anak-anak manja yang bisanya hanya mengeluh dan malas. Kalau aku pikir-pikir aku tidak kalah dengan mereka, walaupun aku jalan kaki setidaknya aku masih bisa berpikir bahwa kalau aku sudah terbiasa hidup begini mungkin suatu saat aku tidak akan mengeluh. Sampai suatu saat aku merenung di depan cermin dan selintas ku berpikir dan bertanya-tanya sebenar nya aku ini siapa? Dan nanti nya mau jadi apa? Apa yang bisa aku lakukan untuk keluarga ku di masa yang akan datang?
                Pertanyaan itu sangat aneh bagiku, aku heran saja mengapa pikiran itu terlintas dalam benak ku. Aku mencoba menjawab pertanyaan itu, aku tulis dalam satu lembar kertas kosong. Aku mulai mencoret-coret lembaran kosong dengan tinta hitam. Aku terhenti sejenak, aku perhatikan kertas putih bersih dan kosong itu setelah dicoret terkadang kelihatan indah namun terkadang juga bisa kelihatan jelek. Aku mulai berpikir mungkin dulu aku seperti kertas putih itu ketika aku dilahirkan di dunia ini, setelah itu aku di didik orang tua ku menjadi sosok anak yang baik dan rajin. Dan ketika terlintas pertanyaan siapakah sebenarnya aku ini ? mungkin dalam benak ku jawabannya adalah seperti kertas kosong itu. Hidup itu pilihan, tinggal kita pilih saja hidup kita mau dicoret supaya indah atau hanya sekedar coret-coret saja tidak rapi dan kelihatan buruk. Artinya jika kita masih memikirkan orang tua mungkin dalam hidup kita penuh dengan usaha agar semua yang diharapkan orang tua terhadap  kita bisa tercapai dan mereka bahagia . kebahagiaan mereka itu adalah keindahannya. Namun jika kita hanya hidup untuk makan tidur – makan tidur dan mengikuti takdir seperti air mengalir tanpa tahu dimana akan berhenti mungkin cita-cita kita akan terhambat dan orang tua hanya akan pusing memikirkan kita. Kepusingan dan kesusahan mereka adalah keburukannya.
                Hari-hari yang ku jalani begitu penuh dengan pertanyaan aneh lainnya. Ketika aku mendapatkan satu jawaban, di waktu itu juga pertanyaan aneh lainnya muncul. Lama-lama aku bisa gila. Pertanyaan dari aku dan jawabannya juga dari aku. Tapi aku berpikir mungkin ini adalah suatu petunjuk untuk aku bisa memahami diri ku sendiri walaupun aku masih belum tahu aku ini sosok seperti apa nantinya. Apakah aku akan tetap seperti ini atau semakin baik atau pun akan  berubah menjadi sosok egois. Ahhh aku pusing memikirkan diri ku sendiri tanpa sempat memikirkan orang lain. Dari ini juga aku mendapat jawaban bahwa aku adalah orang yang egois. Satu jawaban sudah ditemukan dan aku mulai takut dengan kata “ egois” itu. Mulai ku perdalam makna egois ternyata mengerikan banget. Seiring berjalannya waktu aku mulai menjaga sikap ku agar apa yang terlintas dalam benak ku mengenai kata egois tidak akan terjadi. Aku sampai berpikir jauuuuuuuuuuuuuh banget bahwa jika aku egois mungkin tidak ada orang yang mau dekat dengan ku. Dengan beriringnya waktu pula aku menemukan satu titik terang dalam hidup ku. Ketika pikiran ku terbalik maksudnya tidak lagi mau menghiraukan pertanyaaan –pertanyaan aneh yang sering terbisik di telinga ku ketika aku sendiri dan ketika aku mulai mau tidur itu. Di saat itu juga aku berpikir jika aku selalu berusaha mencari jawaban dari pertanyaan aneh itu mungkin aku akan selalu diikuti dengan perasaan takut. Takut dalam hal ini membuat diriku tidak bisa bertindak dan menjaga jarak dengan orang lain karena aku takut menyakiti. Setiap kali aku mau melakukan sesuatu aku selalu takut tanpa mau mencoba dan itu semua adalah sikap aneh ku dari pertanyaan yang sering muncul itu. Jujur , aku itu dinilai pintar sama orang lain namun perbuatan ku tidak ada yang bisa membuat orang lain senang. Sampai pada akhirnya aku memutuskan untuk lebih bergaul dengan orang banyak, mempelajari sikap-sikap mereka agar aku lebih gampang berinteraksi dengan mereka. Terkadang aku sering membanding-bandingkan diri ku dengan orang lain, terkadang aku belajar juga dari sikap orang lain.
Sampai suatu saat aku lulus dari SMP ku itu dan aku mulai berpikir apakah aku masih bisa mempertahankan nilai ku dan sikap ku yang seperti sekarang ini di lingkungan yang berbeda dan dengan orang yang berbeda pula. Aku mulai cemas waktu itu, jangan jangan,,,ahhh pikiran negatif merajalela. Namun waktu itu orang tua ku sama sekali tidak mau kalau aku melanjutkan ke SMK karena memang pada waktu itu hanya aku sendiri dari sekian banyak teman ku yang mau melanjutkan ke SMK. Karena di SMP aku senang biologi keluarga ku berencana memasukkan aku ke SMA tapi aku bersi keras untuk menolak keinginan keluarga ku karena sejak SMP itu aku mau banget ambil jurusan komputer. Hari-hari yang ku lalui sambil menunggu waktu pendaftaran di buka di setiap SMK dan SMA disaat itu pula aku mulai berpikir jika nanti aku di lanjutkan ke SMA namun itu bukan keinginan ku timbul satu pertanyaan lagi apa yang akan terjadi nanti ? aku mulai menyalahkan diri ku sendiri apakah aku salah mencoret kertas kosong ku ,aku selalu kepikiran itu terus. Mau menolak keinginan orang tua tidak berani karena disaat itu juga kondisi keuangan bapak ku lagi tipis-tipisnya. Mereka bilang aku dilanjutkan ke SMA agar biaya nya bisa lebih murah. Ku coba berpikir dan mengulang-ngulang kata-kata orang tua ku sampai aku sudah merasa pasrah. Tapi aku terbangun dari keterpurukan ku dan aku mencoba menceritakan semua kesah gelisah ku sama seseorang dengan harapan aku bisa dibantu untuk menyelesaikan masalah ku ini karena memang orang ini lebih berpengalaman dan waktu itu aku mulai semangat dan bisa menemukan satu titik terang yang akan membantu aku membicarakan masalah ini sama orang tua ku tanpa harus menyakiti perasaan orang tua ku.
Singkat cerita aku berhasil menjelaskan keinginan ku sama orang tua dan saat itu juga aku disuruh daftar ke SMK dan mengambil jurusan komputer yang aku inginkan. Namun tidak sesuai dengan yang aku pikirkan waktu aku masih di SMP. Ku pikir komputer itu hanya di ajari ngetik dan desain-desain saja tapi apa yang aku hadapkan malah di suruh bongkar komputer dan memasangnya lagi. Aku bingung apa yang harus aku lakukan tapi aku berpikir lagi jika aku tidak belajar sungguh –sungguh bagaimana dengan orang tua ku.mereka rela hutang uang untuk uang pendaftaran dan registrasi. Dan uang itu aku pikir tidak sedikit bagi ku. Dan kalau aku menyia-nyiakan kepercayaan orang tua ku aku mau jadi apa nantinya ? lagi-lagi pertanyaan itu muncul. Tapi aku sadar bahwa pertanyaan-pertanyaan itu lah yang menuntun ku agar aku bisa menjadi lebih baik.
Detik berganti menit, menit berganti  jam , jam pun berganti hari dan hari pun berjalan seiring waktu dan aku mulai bingung  dengan lingkungan baru ku. Sudah sepi, tidak ada teman, tinggal di rumah orang lagi yang sebelumnya sama sekali tidak pernah ketemu dengan aku. Aku risih, gelisah dan tidak pernah tenang. Makan tidak enak , tidur tidak tenang, air mata menetes setiap malam aku ingat keluarga ku. Tapi disaat yang sama juga aku mulai tegar karena aku ingat kalau semua yang aku alami itu semata-mata karena keinginan ku sendiri dan semua itu adalah pilihan hidupku. Setiap kali aku mengeluh dan menyesali pilihan ku anehnya pertanyaan mau jadi apa aku nantinya? Selalu datang menghantui ku dan itu yang membuat aku semangat. Ku pikir setelah aku mendapatkan apa yang aku inginkan yaitu bisa sekolah di SMK dan ambil jurusan komputer aku bisa menemukan jawaban siapakah sebenarnya aku? Tapi bulan berganti bulan telah berlalu aku semakin bingung saja dengan jurusan yang aku ambil itu. Belajar komputer tapi setiap 3x seminggu harus membawa obeng dan tespen. Dan yang paling aku heran kan kenapa ilmu komputer itu tidak bisa masuk di otak ku padahal dulu di SMP aku sangat senang banget dengan pelajaran komputer. Aku mulai berpikir mungkin pelajaran itu sulit masuk karena aku tidak punya laptop di rumah untuk mengulang-ulang materi yang sudah disampaikan dan tidak ada tempat buat latihan di kala aku mau ujian, pikir ku seperti itu. Sampai aku memberanikan diri untuk minta dibelikan laptop, awalnya bapak ku tidak punya uang katanya. Tapi aku ngotot banget mau dibelikan laptop dan aku mencoba berbohong sama orang tua ku dengan pikiran agar aku dibelikan laptop dan mudah untuk belajar agar aku bisa memahami komputer lebih jelas lagi.
Akhirnya suatu saat aku pulang ke rumah langsung bertemu orang tua ku. Niat ku sudah bulat ingin punya laptop dan aku menghalalkan berbagai cara untuk meyakinkan orang tua ku. Aku berbohong sama mereka bahwa di kelas cuma aku saja yang tidak punya laptop atau komputer dan aku bilang juga apalah gunanya jurusan komputer tapi tidak punya komputer. Sampai akhirnya orang tua ku terdiam beberapa saat dan suasana menjadi hening diiringi detakan jantung ku yang begitu kencangnya karena takut ketahuan bohong. Lama setelah itu bapak ku menghentikan keheningan dan berkata “ kamu belajar yang rajin saja disana, masalah itu jangan kamu pikirkan kami akan berusaha memenuhi keinginan mu dengan syarat kamu harus benar-benar belajar jangan kayak kakak-kakak mu sekolah hanya setengah terus kawin, kalau kamu masih punya pikiran dan memikirkan orang tua mu pasti kamu akan mengerti apa yang aku ucapkan ini.” Ucapan bapak ku membuat aku tertunduk diam. Mulai saat itu aku tidak pernah berbohong lagi dan aku mulai sangat terbuka dengan orang tua ku. Walaupun kami jauh tapi aku buat skenario seakan-akan keadaan ku di rumah orang tempat aku dititip sangat baik-baik saja. Aku pikir kalau aku menceritakan pahitnya kehidupan ku mungkin mereka akan kecewa. Dan aku sangat tidak mau mereka kecewa.
Bulan demi bulan telah ku lalui dengan penuh perjuangan dan pahit manisnya kehidupan ku telan sendiri. Sampai akhirnya semua kebutuhan ku terpenuhi, apa pun yang aku minta sama orang tua ku pasti dipenuhi dengan syarat hanya mendengar ucapannya,selalu jujur dan tetap mendapat nilai yang bagus. Tapi apalah daya aku sudah berusaha keras agar aku bisa mempertahankan nilai ku yang di SMP dulu keadaan berkata lain ,aku menduduki peringkat ke- 2 dan saat aku itu sangat kecewa banget. Aku takut kalau bapak ku akan marah, aku malu setelah semua keinginan ku terpenuhi ternyata aku tidak bisa mempertahankan juara umum juga. Aku ingat waktu itu aku menangis dan tidak bisa ngomong, bukan peringkat yang aku tangisi tapi dari nilai-nilai ujian ku yang keluar selalu aku yang tertinggi dan teman-teman kelas ku bilang kalau aku lah yang akan menduduki peringkat satu , tapi apa setelah aku dibagikan raport  saking penasarannya teman-teman ku langsung membuka raport yang masih aku pegang karena aku takut membukanya. Ternyata tertulis jelas bahwa disana ada angka 2 dan teman-teman ku terheran siapa yang peringkat satu aku langsung ditinggalkan dan mereka ke depan untuk memastikan siapa yang mengalahkan aku. Aku terpaku sejenak dan air mata ku mengalir deras tapi semua itu tidak aku tunjukkan sama teman-teman ku. Saat itu aku langsung pulang ke rumah karena memang setelah pembagian raport aku libur 1 bulan. Sampai di rumah aku sudah menduga kalau keluarga ku semua nya kumpul untuk menanti keberhasilan dan senyum ku namun sebaliknya mereka melihat aku menangis dan masuk kamar tanpa aku harus menghiraukan mereka. Terdengar dari kamar keluarga ku bertanya-tanya sampai aku jujur dan ternyata aku masih dibanggakan sama orang tua ku. Entah darimana datangnya senyum yang lega di bibir ku mencerminkan kebahagiaan. Orang tua ku mengerti dengan perasaan ku. Mereka cuma mengucapkan “ tidak selamanya kita di atas akan ada waktu kita  di bawah karena hidup ini adalah roda yang berputar.“ sekarang kamu di bawah tapi kalau kamu belajar dari kesalahan mu ini suatu saat kamu akan kembali di atas, ucap bapak ku.
Sesekali aku mengambil raport ku dan melihat nilai-nilai ku dan ku bandingkan dengan nilai ujian-ujian ku. Aku semakin sedih melihatnya aku merasa semuanya tidak adil. Tapi aku mulai paham mungkin sistem penilaian guru itu tidak hanya lewat materi namun lewat sikap dan keaktifan di kelas juga dan aku sangat menyadari aku tidak aktif bertanya di dalam kelas aku itu cenderung ke menulis saja tanpa bertanya. Aku selalu diam di kelas namun aku diam karena aku juga ngerti. Pada kelas 2 aku mulai atur strategi belajar ku dengan harapan agar nilai ku kembali baik. Setiap hari aku semakin rajin belajar, aku pun sudah mulai terbiasa dengan lingkungan tempat aku tinggal yang begitu sepi namun kesepian itu malah menutup aku untuk bergaul dengan orang banyak. Aku mulai tidak suka keramaian, senang menyendiri, melakukan apa pun sendiri. Aku tak pandang siang maupun malam kalau aku tidk tidur aku selalu belajar tanpa rasa malas. Singkat cerita lagi kelas 2 itu kita semua di wajibkan praktik ( magang ) sebagai syarat  ujian nasional nanti pada saat kelas 3. Dan waktu itu kita memakai sistem otodidak ( belajar sendiri) dan aku pikir semua modul-modul itu tidak begitu penting sampai akhirnya aku jawab-jawab saja modul itu tanpa memikirkan benar atau salahnya tapi mungkin juga karena capek praktik seharian dari pagi sampai sore dan malamnya badan terasa capek sehingga modul-modul yang sangat banyak itu aku kerjain asal-asalan.
Sampai pulang praktik (magang) tugas pun belum selesai semua dan waktunya mepet banget akan segera dikumpulkan makanya aku jawab semampu ku saja. Ketika ujian kenaikan kelas aku kaget banget melihat raport ku. Bukannya nilai ku lebih baik malah semakin menurun. Aku lari ke belakang sekolah disana aku menjawab pertanyaan siapakah sebenarnya aku ini ? dengan tangisan yang terisak-isak aku bilang , aku hanya manusia yang bisa merugikan orang tua ku ,orang yang tidak berguna, orang yang egois,orang yang tidak bisa bertanggung jawab dengan ucapannya sendiri. Semua ucapan-ucapan buruk aku lontarkan ke diri ku sendiri. Aku seperti orang gila, aku seperti kehilangan semangat, semua tujuan ku tidak jelas aku lemah banget sampai aku berpikir mau bunuh diri. Waktu itu aku dijemput keponakan ku aku nangis di atas motor dan bilang aku mau mati saja kalau kayak gini, buat apa aku hidup kalau hanya untuk menyusahkan orang tua ku. Mereka hanya mengeluarkan uang banyak dan mereka tidak peduli darimana mereka mendpatkan uang tersebut yang mereka pikirkan hanya agar sekolah ku bisa lanjut dan semua kebutuhan ku terpenuhi.
Sampai di rumah keluarga ku kumpul karena memang itu sudah menjadi kebiasaan di keluarga ku setiap semester untuk merayakan keberhasilan putra-putri mereka. Tapi waktu itu aku hanya menangis,menangis dan menangis. Aku langsung ke pangkuan ibu ku dan meminta maaf kalau aku tidak bisa mempertahankan nilai ku. Ku pandangi raut wajah bapak ku dengan mata ku yang berkaca-kaca tergambar jelas kalau bapak ku kecewa. Aku menunduk sambil menangis masuk kamar dan mogok makan selama seminggu dan mengunci kamar. Mungkin orang tua ku sudah mulai mengerti bahwa aku sangat berusaha belajar keras demi mereka namun kembali lagi kepada Tuhan lah yang menentukan takdir umatnya. Hari minggu pagi itu aku masih ingat bapak ku menyuruh aku makan dan menasehati ku “ nak mungkin selama ini kami selalu membanggakan kamu dengan semua prestasi mu ketika SD dan SMP , tapi kami mulai sadar bahwa jenjang sekolah yang lebih tinggi maka pelajarannya pun akan berbeda dan sulit. Sudahlah kamu jangan pikirkan itu kami sadar kalau kamu merasa tertekan dengan tuntutan kami yang menyuruh kamu selalu mendapat peringkat satu.” Ucap bapak ku penuh dengan raut muka yang seolah-olah penuh dengan penyesalan terhadap aku.
Sejak itu aku mulai di lepas dan diberi kebebasan. Tapi kebebasan dalam positif, waktu itu aku mulai bangkit dan aku berjanji aku tidak akan mengharapkan sesuatu jika tidak disertai dengan tindakan yang setimpal. Aku mulai berpikiran dewasa, dan pertanyaan siapakah sebenarnya aku ? kembali aku munculkan dalam hidup ku. Hari demi hari aku lalui dengan sifat netral. Bergaul dengan siapa saja dan menerima semua dengan netral-netral saja. Semua nya ku bawa enjoy terasa tidak ada beban yang sudah ku pikul. Waktu terus berlalu ketika itu aku kelas 3 aku sudah mulai akrab banget dengan teman-teman kelas ku. Kami merasa begitu akrab dan menjalani hari dengan senyum semangat. Dan 6 bulan berlalu sudah mulai mau ujian semester 5 aku sih tidak terlalu memikirkannya karena aku pikir sekeras apa pun aku belajar tetap saja peringkat ku kalau bukan 2 pasti 3. Tapi waktu pembagian raport teman-teman ku kembali heboh menyebar isu bahwa semester ini aku lah yang akan menduduki peringkat 1 tapi aku tetap cuek karena aku tidak mau kejadian semester 1 terulang lagi. Tapi ternyata pada waktu di panggil untuk mengambil raport aku malah menunduk sedih seolah-olah aku tidak mau nama ku disebut aku takut jangan...jangan...jangan-jangan aku juara 4 karena memang setiap semester nilai ku turun terus. Tapi apa yang terjadi Tuhan mendengar do’a orang tua ku dan do’a keluarga ku, aku kaget dan tidak bisa mengucapkan satu kata pun dari mulut ku. Aku heran dan sangat tidak percaya bahwa nama ku dipanggil pertama tapi aku masih terdiam di tempat duduk seakan-akan aku mimpi. Sampai semua teman ku teriak suruh aku maju dan tepuk tangan seolah-olah terdengar sampai jalan raya saking ramainya. Di depan pun aku masih tidak percaya kalau aku peringkat satu sampai aku bertanya sama guru ku tapi aku malah di tertawakan. Waktu itu aku senang luar biasa, biasanya aku pulang langsung tanpa menelfon keluarga ku tapi hari itu beda. Semua orang kasih selamat tapi aku langsung telefon bapak ku. Bapak ku  kira aku kenapa-napa karena tidak biasanya aku nelfon pas pembagian raport , waktu itu aku hanya bilang kalau aku peringkat 1 aku langsung mematikan hp tanpa salam.
Karena semester ganjil jadi aku libur cuma seminggu namun aku sengaja telat pulang aku sempatkan dulu kumpul sama teman-teman di taman sekolah. Setelah kumpul-kumpul aku langsung pulang tapi sampai rumah tidak seperti biasanya juga keluarga ku berkumpul menanti nilai malah bapak ku bilang “ alhamdulillah kamu bisa meraih peringkat satu lagi tapi jangan terlalu senang, sekarang kamu bisa begini namun kita tidak tau nantinya karena sebentar lagi kamu ujian nasional” itu ucapan bapak ku. Aku pikir setelah aku bisa meraih peringkat satu lagi keluarga ku akan sangat senang namun aku bisa terima semua itu karena memang semua ucapan bapak ku memang benar. Kini aku sudah terbiasa hidup dengan kekalahan dan kemenangan dan bagi ku semua itu tidak ada yang istimewa. Bulan demi bulan pun terlewati sampai tiba saat nya aku disibukkan dengan try out, les dan kursus. Aku menyisihkan uang jajan ku setiap hari untuk membayar BIMBEL (BIMbingan BELajar ) matematika di salah satu guru di SMK ku. Aku pikir kalau aku selalu minta sama orang tua ku mungkin beban mereka akan semakin berat. Aku lihat-lihat uang yang harus di bayar pun 2 jutaan jadi aku memilih untuk tidak jajan selama 4 bulanan demi membayar BIMBEL ku. Walaupun begitu aku sangat senang menjalani nya, karena memang aku sudah terbiasa lapar. Aku selama 4 bulan selalu di sekolah. Berangkat pagi pulang petang, walaupun tidak ada les aku selalu diam di sekolah mencari materi bahan ujian maupun belajar kelompok sama teman-teman ku. 4 bulanan aku seperti itu seolah-olah aku tidak pernah ada waktu untuk keluarga ku. Hanya hari minggu saja aku menghabiskan waktu untuk mereka. Aku selalu rajin belajar untuk mempersiapkan UN karena mau menunjukkan kepada bapak ku kalau aku bisa masuk 10 besar dari ratusan siswa SMK. Dari awal try out nilai matematika ku selalu tertinggi makannya aku rajin belajar supaya tidak hanya di try out saja aku mendapat nilai tertinggi. Selama 4 bulanan juga aku makan tidak teratur , tidur pun tidak nyenyak. Setelah beberapa ujian sudah berlalu aku sedikit puas dengan nilai-nilai try out ku. Kini ujian nasional pun tiba malamnya aku tidur lebih awal karena aku pikir hari pertama UN itu bahasa indonesia jadi aku sedikit santai dan tidak belajar tapi aku masih bisa menjawab di pagi harinya. Sepulang dari UN aku memutuskan untuk tidak pulang masalahnya aku sudah janji sama teman ku mau belajar kelompok karena hari ke 2 mata pelajaran UN adalah matematika. Semua teman-teman ku pada resah tapi lain hal dengan ku karena memang dari awal BIMBEL yang di kasih hanya contoh-contoh soal UN. Dan aku sudah terbiasa dengan soal-soal itu. Awalnya sih aku pikir soal UN sulit namun tidak ternyata lebih gampang dari yang aku pikirkan. Dan kini aku dan semua teman-teman lega karena matematika sudah berlalu dan hari terakhir tinggal bahasa inggris. Tapi insya allah bahasa inggris ku lancar walaupun setelah ku koreksi masih banyak yang keliru.
Singkat cerita setelah di tunggu-tunggu ternyata pengumuman UN sudah tiba aku berangkat siang dan aku takut banget. Teman –teman ku  pada bawa wali mereka hanya aku saja yang datang sendiri tanpa wali karena aku memang sengaja tidak kasih tahu bapak ku. Aku takut kalau aku tidak masuk 10 besar. Tapi sampai pengumuman tiba nama ku di panggil no 2 itu pun aku tidak tahu soalnya aku tidak di tempat pengumuman melainkan di gerbang sekolah, aku takut tapi rasa takut itu tiba-tiba berubah menjadi rasa senang setelah aku menerima piagam dan aku adalah orang pertama yang dikasih selamat sama kepala sekolah ku waktu itu karena memang aku adalah orang yang mewakili SMK ku untuk tanda tangan UN jujur, makanya aku dikenal kepala sekolah.
Setelah lulus orang tua kini susah aku mau di kuliahkan kemana sedangkan uang pun tidak ada. Aku mencoba ikut bidikmisi tapi aku tidak lulus sampai akhirnya aku disuruh kuliah ke  jogja yang bagi orang tua ku biaya nya lebih murah. Karena jika aku kuliah di Lombok orang tua ku tidak sanggup membiayai ku. Dan kini aku masih mengingat dengan jelas pertanyaan yang timbul sejak SMP itu siapakah sebenarnya aku ini? Sampai sekarang mungkin aku sudah melupakannya karena memang semakin lama aku semakin bingung siapa aku.

Sekian kisah ku. Memang hidup itu terkadang senang namun terkadang juga susah. Dan yakinlah Tuhan telah menyimpan suatu rahasia yang luar biasa untuk kita bisa menjawab pertanyaan siapakah diri kita sebenarnya?

by: ASNA ERA

Tidak ada komentar: