S
|
iapakah sebenarnya
aku ini ?
Pertanyaan yang selalu mengikuti ku dalam bayang-bayang semu. Tidak
bisa aku uraikan siapa diri ini. Sulit banget bagi ku untuk bisa menemukan
jawabannya, pertanyaan yang sangat sederhana namun sangat sulit untuk dijawab.
Aku masih ingat waktu aku kelas 1 SMP pertanyaan ini muncul secara tiba-tiba
ketika aku menyendiri dalam keramaian. Waktu itu keadaan keluarga ku masih
senang-senangnya, masih belum ada beban yang harus mereka pikirkan mengenai
biaya sekolah ku karena memang waktu itu aku masuk SMP terbuka dan itu semua
tanpa biaya. Aku selalu rajin belajar dengan harapan agar nilai ku tidak turun
demi kebahagiaan keluarga ku. Hari-hari yang aku jalani begitu indah dan
menyenangkan walaupun harus jalan kaki 1 km lebih, namun aku selalu bahagia
dengan semua itu. Terkadang kalau hujan aku dan teman-teman ku sengaja
basah-basahan agar kita bisa telat masuk
kelas dengan alasan hujan tadi. Terkadang aku suka mengeluh juga kalau
jalan kaki, karena orang-orang kaya selalu diantar jemput. Kehidupan mereka
begitu sempurna yang aku lihat. Namun aku sadar mereka itu hanya anak-anak
manja yang bisanya hanya mengeluh dan malas. Kalau aku pikir-pikir aku tidak
kalah dengan mereka, walaupun aku jalan kaki setidaknya aku masih bisa berpikir
bahwa kalau aku sudah terbiasa hidup begini mungkin suatu saat aku tidak akan
mengeluh. Sampai suatu saat aku merenung di depan cermin dan selintas ku
berpikir dan bertanya-tanya sebenar nya aku ini siapa? Dan nanti nya mau jadi
apa? Apa yang bisa aku lakukan untuk keluarga ku di masa yang akan datang?
Pertanyaan
itu sangat aneh bagiku, aku heran saja mengapa pikiran itu terlintas dalam
benak ku. Aku mencoba menjawab pertanyaan itu, aku tulis dalam satu lembar
kertas kosong. Aku mulai mencoret-coret lembaran kosong dengan tinta hitam. Aku
terhenti sejenak, aku perhatikan kertas putih bersih dan kosong itu setelah
dicoret terkadang kelihatan indah namun terkadang juga bisa kelihatan jelek.
Aku mulai berpikir mungkin dulu aku seperti kertas putih itu ketika aku
dilahirkan di dunia ini, setelah itu aku di didik orang tua ku menjadi sosok
anak yang baik dan rajin. Dan ketika terlintas pertanyaan siapakah sebenarnya
aku ini ? mungkin dalam benak ku jawabannya adalah seperti kertas kosong itu. Hidup
itu pilihan, tinggal kita pilih saja hidup kita mau dicoret supaya indah atau
hanya sekedar coret-coret saja tidak rapi dan kelihatan buruk. Artinya jika
kita masih memikirkan orang tua mungkin dalam hidup kita penuh dengan usaha
agar semua yang diharapkan orang tua terhadap
kita bisa tercapai dan mereka bahagia . kebahagiaan mereka itu adalah
keindahannya. Namun jika kita hanya hidup untuk makan tidur – makan tidur dan
mengikuti takdir seperti air mengalir tanpa tahu dimana akan berhenti mungkin
cita-cita kita akan terhambat dan orang tua hanya akan pusing memikirkan kita.
Kepusingan dan kesusahan mereka adalah keburukannya.
Hari-hari
yang ku jalani begitu penuh dengan pertanyaan aneh lainnya. Ketika aku
mendapatkan satu jawaban, di waktu itu juga pertanyaan aneh lainnya muncul.
Lama-lama aku bisa gila. Pertanyaan dari aku dan jawabannya juga dari aku. Tapi
aku berpikir mungkin ini adalah suatu petunjuk untuk aku bisa memahami diri ku
sendiri walaupun aku masih belum tahu aku ini sosok seperti apa nantinya.
Apakah aku akan tetap seperti ini atau semakin baik atau pun akan berubah menjadi sosok egois. Ahhh aku pusing
memikirkan diri ku sendiri tanpa sempat memikirkan orang lain. Dari ini juga
aku mendapat jawaban bahwa aku adalah orang yang egois. Satu jawaban sudah
ditemukan dan aku mulai takut dengan kata “ egois” itu. Mulai ku perdalam makna
egois ternyata mengerikan banget. Seiring berjalannya waktu aku mulai menjaga
sikap ku agar apa yang terlintas dalam benak ku mengenai kata egois tidak akan
terjadi. Aku sampai berpikir jauuuuuuuuuuuuuh banget bahwa jika aku egois
mungkin tidak ada orang yang mau dekat dengan ku. Dengan beriringnya waktu pula
aku menemukan satu titik terang dalam hidup ku. Ketika pikiran ku terbalik
maksudnya tidak lagi mau menghiraukan pertanyaaan –pertanyaan aneh yang sering terbisik
di telinga ku ketika aku sendiri dan ketika aku mulai mau tidur itu. Di saat
itu juga aku berpikir jika aku selalu berusaha mencari jawaban dari pertanyaan
aneh itu mungkin aku akan selalu diikuti dengan perasaan takut. Takut dalam hal
ini membuat diriku tidak bisa bertindak dan menjaga jarak dengan orang lain
karena aku takut menyakiti. Setiap kali aku mau melakukan sesuatu aku selalu
takut tanpa mau mencoba dan itu semua adalah sikap aneh ku dari pertanyaan yang
sering muncul itu. Jujur , aku itu dinilai pintar sama orang lain namun
perbuatan ku tidak ada yang bisa membuat orang lain senang. Sampai pada
akhirnya aku memutuskan untuk lebih bergaul dengan orang banyak, mempelajari
sikap-sikap mereka agar aku lebih gampang berinteraksi dengan mereka. Terkadang
aku sering membanding-bandingkan diri ku dengan orang lain, terkadang aku
belajar juga dari sikap orang lain.
Sampai suatu saat aku lulus dari
SMP ku itu dan aku mulai berpikir apakah aku masih bisa mempertahankan nilai ku
dan sikap ku yang seperti sekarang ini di lingkungan yang berbeda dan dengan
orang yang berbeda pula. Aku mulai cemas waktu itu, jangan jangan,,,ahhh
pikiran negatif merajalela. Namun waktu itu orang tua ku sama sekali tidak mau
kalau aku melanjutkan ke SMK karena memang pada waktu itu hanya aku sendiri
dari sekian banyak teman ku yang mau melanjutkan ke SMK. Karena di SMP aku
senang biologi keluarga ku berencana memasukkan aku ke SMA tapi aku bersi keras
untuk menolak keinginan keluarga ku karena sejak SMP itu aku mau banget ambil
jurusan komputer. Hari-hari yang ku lalui sambil menunggu waktu pendaftaran di
buka di setiap SMK dan SMA disaat itu pula aku mulai berpikir jika nanti aku di
lanjutkan ke SMA namun itu bukan keinginan ku timbul satu pertanyaan lagi apa
yang akan terjadi nanti ? aku mulai menyalahkan diri ku sendiri apakah aku
salah mencoret kertas kosong ku ,aku selalu kepikiran itu terus. Mau menolak
keinginan orang tua tidak berani karena disaat itu juga kondisi keuangan bapak
ku lagi tipis-tipisnya. Mereka bilang aku dilanjutkan ke SMA agar biaya nya
bisa lebih murah. Ku coba berpikir dan mengulang-ngulang kata-kata orang tua ku
sampai aku sudah merasa pasrah. Tapi aku terbangun dari keterpurukan ku dan aku
mencoba menceritakan semua kesah gelisah ku sama seseorang dengan harapan aku
bisa dibantu untuk menyelesaikan masalah ku ini karena memang orang ini lebih
berpengalaman dan waktu itu aku mulai semangat dan bisa menemukan satu titik
terang yang akan membantu aku membicarakan masalah ini sama orang tua ku tanpa
harus menyakiti perasaan orang tua ku.
Singkat cerita aku berhasil
menjelaskan keinginan ku sama orang tua dan saat itu juga aku disuruh daftar ke
SMK dan mengambil jurusan komputer yang aku inginkan. Namun tidak sesuai dengan
yang aku pikirkan waktu aku masih di SMP. Ku pikir komputer itu hanya di ajari
ngetik dan desain-desain saja tapi apa yang aku hadapkan malah di suruh bongkar
komputer dan memasangnya lagi. Aku bingung apa yang harus aku lakukan tapi aku
berpikir lagi jika aku tidak belajar sungguh –sungguh bagaimana dengan orang
tua ku.mereka rela hutang uang untuk uang pendaftaran dan registrasi. Dan uang
itu aku pikir tidak sedikit bagi ku. Dan kalau aku menyia-nyiakan kepercayaan
orang tua ku aku mau jadi apa nantinya ? lagi-lagi pertanyaan itu muncul. Tapi
aku sadar bahwa pertanyaan-pertanyaan itu lah yang menuntun ku agar aku bisa
menjadi lebih baik.
Detik berganti menit, menit
berganti jam , jam pun berganti hari dan
hari pun berjalan seiring waktu dan aku mulai bingung dengan lingkungan baru ku. Sudah sepi, tidak
ada teman, tinggal di rumah orang lagi yang sebelumnya sama sekali tidak pernah
ketemu dengan aku. Aku risih, gelisah dan tidak pernah tenang. Makan tidak enak
, tidur tidak tenang, air mata menetes setiap malam aku ingat keluarga ku. Tapi
disaat yang sama juga aku mulai tegar karena aku ingat kalau semua yang aku
alami itu semata-mata karena keinginan ku sendiri dan semua itu adalah pilihan
hidupku. Setiap kali aku mengeluh dan menyesali pilihan ku anehnya pertanyaan
mau jadi apa aku nantinya? Selalu datang menghantui ku dan itu yang membuat aku
semangat. Ku pikir setelah aku mendapatkan apa yang aku inginkan yaitu bisa
sekolah di SMK dan ambil jurusan komputer aku bisa menemukan jawaban siapakah
sebenarnya aku? Tapi bulan berganti bulan telah berlalu aku semakin bingung
saja dengan jurusan yang aku ambil itu. Belajar komputer tapi setiap 3x
seminggu harus membawa obeng dan tespen. Dan yang paling aku heran kan kenapa
ilmu komputer itu tidak bisa masuk di otak ku padahal dulu di SMP aku sangat
senang banget dengan pelajaran komputer. Aku mulai berpikir mungkin pelajaran
itu sulit masuk karena aku tidak punya laptop di rumah untuk mengulang-ulang
materi yang sudah disampaikan dan tidak ada tempat buat latihan di kala aku mau
ujian, pikir ku seperti itu. Sampai aku memberanikan diri untuk minta dibelikan
laptop, awalnya bapak ku tidak punya uang katanya. Tapi aku ngotot banget mau
dibelikan laptop dan aku mencoba berbohong sama orang tua ku dengan pikiran
agar aku dibelikan laptop dan mudah untuk belajar agar aku bisa memahami
komputer lebih jelas lagi.
Akhirnya suatu saat aku pulang ke
rumah langsung bertemu orang tua ku. Niat ku sudah bulat ingin punya laptop dan
aku menghalalkan berbagai cara untuk meyakinkan orang tua ku. Aku berbohong
sama mereka bahwa di kelas cuma aku saja yang tidak punya laptop atau komputer
dan aku bilang juga apalah gunanya jurusan komputer tapi tidak punya komputer.
Sampai akhirnya orang tua ku terdiam beberapa saat dan suasana menjadi hening
diiringi detakan jantung ku yang begitu kencangnya karena takut ketahuan
bohong. Lama setelah itu bapak ku menghentikan keheningan dan berkata “ kamu
belajar yang rajin saja disana, masalah itu jangan kamu pikirkan kami akan
berusaha memenuhi keinginan mu dengan syarat kamu harus benar-benar belajar
jangan kayak kakak-kakak mu sekolah hanya setengah terus kawin, kalau kamu
masih punya pikiran dan memikirkan orang tua mu pasti kamu akan mengerti apa
yang aku ucapkan ini.” Ucapan bapak ku membuat aku tertunduk diam. Mulai saat
itu aku tidak pernah berbohong lagi dan aku mulai sangat terbuka dengan orang
tua ku. Walaupun kami jauh tapi aku buat skenario seakan-akan keadaan ku di
rumah orang tempat aku dititip sangat baik-baik saja. Aku pikir kalau aku
menceritakan pahitnya kehidupan ku mungkin mereka akan kecewa. Dan aku sangat
tidak mau mereka kecewa.
Bulan demi bulan telah ku lalui
dengan penuh perjuangan dan pahit manisnya kehidupan ku telan sendiri. Sampai
akhirnya semua kebutuhan ku terpenuhi, apa pun yang aku minta sama orang tua ku
pasti dipenuhi dengan syarat hanya mendengar ucapannya,selalu jujur dan tetap
mendapat nilai yang bagus. Tapi apalah daya aku sudah berusaha keras agar aku
bisa mempertahankan nilai ku yang di SMP dulu keadaan berkata lain ,aku
menduduki peringkat ke- 2 dan saat aku itu sangat kecewa banget. Aku takut
kalau bapak ku akan marah, aku malu setelah semua keinginan ku terpenuhi
ternyata aku tidak bisa mempertahankan juara umum juga. Aku ingat waktu itu aku
menangis dan tidak bisa ngomong, bukan peringkat yang aku tangisi tapi dari
nilai-nilai ujian ku yang keluar selalu aku yang tertinggi dan teman-teman
kelas ku bilang kalau aku lah yang akan menduduki peringkat satu , tapi apa
setelah aku dibagikan raport saking
penasarannya teman-teman ku langsung membuka raport yang masih aku pegang
karena aku takut membukanya. Ternyata tertulis jelas bahwa disana ada angka 2
dan teman-teman ku terheran siapa yang peringkat satu aku langsung ditinggalkan
dan mereka ke depan untuk memastikan siapa yang mengalahkan aku. Aku terpaku
sejenak dan air mata ku mengalir deras tapi semua itu tidak aku tunjukkan sama
teman-teman ku. Saat itu aku langsung pulang ke rumah karena memang setelah
pembagian raport aku libur 1 bulan. Sampai di rumah aku sudah menduga kalau
keluarga ku semua nya kumpul untuk menanti keberhasilan dan senyum ku namun
sebaliknya mereka melihat aku menangis dan masuk kamar tanpa aku harus
menghiraukan mereka. Terdengar dari kamar keluarga ku bertanya-tanya sampai aku
jujur dan ternyata aku masih dibanggakan sama orang tua ku. Entah darimana datangnya
senyum yang lega di bibir ku mencerminkan kebahagiaan. Orang tua ku mengerti
dengan perasaan ku. Mereka cuma mengucapkan “ tidak selamanya kita di atas akan
ada waktu kita di bawah karena hidup ini
adalah roda yang berputar.“ sekarang kamu di bawah tapi kalau kamu belajar dari
kesalahan mu ini suatu saat kamu akan kembali di atas, ucap bapak ku.
Sesekali aku mengambil raport ku
dan melihat nilai-nilai ku dan ku bandingkan dengan nilai ujian-ujian ku. Aku
semakin sedih melihatnya aku merasa semuanya tidak adil. Tapi aku mulai paham
mungkin sistem penilaian guru itu tidak hanya lewat materi namun lewat sikap
dan keaktifan di kelas juga dan aku sangat menyadari aku tidak aktif bertanya
di dalam kelas aku itu cenderung ke menulis saja tanpa bertanya. Aku selalu
diam di kelas namun aku diam karena aku juga ngerti. Pada kelas 2 aku mulai
atur strategi belajar ku dengan harapan agar nilai ku kembali baik. Setiap hari
aku semakin rajin belajar, aku pun sudah mulai terbiasa dengan lingkungan
tempat aku tinggal yang begitu sepi namun kesepian itu malah menutup aku untuk
bergaul dengan orang banyak. Aku mulai tidak suka keramaian, senang menyendiri,
melakukan apa pun sendiri. Aku tak pandang siang maupun malam kalau aku tidk
tidur aku selalu belajar tanpa rasa malas. Singkat cerita lagi kelas 2 itu kita
semua di wajibkan praktik ( magang ) sebagai syarat ujian nasional nanti pada saat kelas 3. Dan
waktu itu kita memakai sistem otodidak ( belajar sendiri) dan aku pikir semua
modul-modul itu tidak begitu penting sampai akhirnya aku jawab-jawab saja modul
itu tanpa memikirkan benar atau salahnya tapi mungkin juga karena capek praktik
seharian dari pagi sampai sore dan malamnya badan terasa capek sehingga
modul-modul yang sangat banyak itu aku kerjain asal-asalan.
Sampai pulang praktik (magang)
tugas pun belum selesai semua dan waktunya mepet banget akan segera dikumpulkan
makanya aku jawab semampu ku saja. Ketika ujian kenaikan kelas aku kaget banget
melihat raport ku. Bukannya nilai ku lebih baik malah semakin menurun. Aku lari
ke belakang sekolah disana aku menjawab pertanyaan siapakah sebenarnya aku ini
? dengan tangisan yang terisak-isak aku bilang , aku hanya manusia yang bisa
merugikan orang tua ku ,orang yang tidak berguna, orang yang egois,orang yang
tidak bisa bertanggung jawab dengan ucapannya sendiri. Semua ucapan-ucapan buruk
aku lontarkan ke diri ku sendiri. Aku seperti orang gila, aku seperti
kehilangan semangat, semua tujuan ku tidak jelas aku lemah banget sampai aku
berpikir mau bunuh diri. Waktu itu aku dijemput keponakan ku aku nangis di atas
motor dan bilang aku mau mati saja kalau kayak gini, buat apa aku hidup kalau
hanya untuk menyusahkan orang tua ku. Mereka hanya mengeluarkan uang banyak dan
mereka tidak peduli darimana mereka mendpatkan uang tersebut yang mereka
pikirkan hanya agar sekolah ku bisa lanjut dan semua kebutuhan ku terpenuhi.
Sampai di rumah keluarga ku
kumpul karena memang itu sudah menjadi kebiasaan di keluarga ku setiap semester
untuk merayakan keberhasilan putra-putri mereka. Tapi waktu itu aku hanya
menangis,menangis dan menangis. Aku langsung ke pangkuan ibu ku dan meminta
maaf kalau aku tidak bisa mempertahankan nilai ku. Ku pandangi raut wajah bapak
ku dengan mata ku yang berkaca-kaca tergambar jelas kalau bapak ku kecewa. Aku
menunduk sambil menangis masuk kamar dan mogok makan selama seminggu dan
mengunci kamar. Mungkin orang tua ku sudah mulai mengerti bahwa aku sangat
berusaha belajar keras demi mereka namun kembali lagi kepada Tuhan lah yang
menentukan takdir umatnya. Hari minggu pagi itu aku masih ingat bapak ku
menyuruh aku makan dan menasehati ku “ nak mungkin selama ini kami selalu
membanggakan kamu dengan semua prestasi mu ketika SD dan SMP , tapi kami mulai
sadar bahwa jenjang sekolah yang lebih tinggi maka pelajarannya pun akan
berbeda dan sulit. Sudahlah kamu jangan pikirkan itu kami sadar kalau kamu
merasa tertekan dengan tuntutan kami yang menyuruh kamu selalu mendapat
peringkat satu.” Ucap bapak ku penuh dengan raut muka yang seolah-olah penuh
dengan penyesalan terhadap aku.
Sejak itu aku mulai di lepas dan
diberi kebebasan. Tapi kebebasan dalam positif, waktu itu aku mulai bangkit dan
aku berjanji aku tidak akan mengharapkan sesuatu jika tidak disertai dengan
tindakan yang setimpal. Aku mulai berpikiran dewasa, dan pertanyaan siapakah
sebenarnya aku ? kembali aku munculkan dalam hidup ku. Hari demi hari aku lalui
dengan sifat netral. Bergaul dengan siapa saja dan menerima semua dengan
netral-netral saja. Semua nya ku bawa enjoy terasa tidak ada beban yang sudah
ku pikul. Waktu terus berlalu ketika itu aku kelas 3 aku sudah mulai akrab
banget dengan teman-teman kelas ku. Kami merasa begitu akrab dan menjalani hari
dengan senyum semangat. Dan 6 bulan berlalu sudah mulai mau ujian semester 5
aku sih tidak terlalu memikirkannya karena aku pikir sekeras apa pun aku
belajar tetap saja peringkat ku kalau bukan 2 pasti 3. Tapi waktu pembagian
raport teman-teman ku kembali heboh menyebar isu bahwa semester ini aku lah
yang akan menduduki peringkat 1 tapi aku tetap cuek karena aku tidak mau
kejadian semester 1 terulang lagi. Tapi ternyata pada waktu di panggil untuk
mengambil raport aku malah menunduk sedih seolah-olah aku tidak mau nama ku
disebut aku takut jangan...jangan...jangan-jangan aku juara 4 karena memang
setiap semester nilai ku turun terus. Tapi apa yang terjadi Tuhan mendengar
do’a orang tua ku dan do’a keluarga ku, aku kaget dan tidak bisa mengucapkan
satu kata pun dari mulut ku. Aku heran dan sangat tidak percaya bahwa nama ku dipanggil
pertama tapi aku masih terdiam di tempat duduk seakan-akan aku mimpi. Sampai
semua teman ku teriak suruh aku maju dan tepuk tangan seolah-olah terdengar
sampai jalan raya saking ramainya. Di depan pun aku masih tidak percaya kalau
aku peringkat satu sampai aku bertanya sama guru ku tapi aku malah di
tertawakan. Waktu itu aku senang luar biasa, biasanya aku pulang langsung tanpa
menelfon keluarga ku tapi hari itu beda. Semua orang kasih selamat tapi aku
langsung telefon bapak ku. Bapak ku kira
aku kenapa-napa karena tidak biasanya aku nelfon pas pembagian raport , waktu
itu aku hanya bilang kalau aku peringkat 1 aku langsung mematikan hp tanpa
salam.
Karena semester ganjil jadi aku
libur cuma seminggu namun aku sengaja telat pulang aku sempatkan dulu kumpul
sama teman-teman di taman sekolah. Setelah kumpul-kumpul aku langsung pulang
tapi sampai rumah tidak seperti biasanya juga keluarga ku berkumpul menanti
nilai malah bapak ku bilang “ alhamdulillah kamu bisa meraih peringkat satu
lagi tapi jangan terlalu senang, sekarang kamu bisa begini namun kita tidak tau
nantinya karena sebentar lagi kamu ujian nasional” itu ucapan bapak ku. Aku
pikir setelah aku bisa meraih peringkat satu lagi keluarga ku akan sangat
senang namun aku bisa terima semua itu karena memang semua ucapan bapak ku
memang benar. Kini aku sudah terbiasa hidup dengan kekalahan dan kemenangan dan
bagi ku semua itu tidak ada yang istimewa. Bulan demi bulan pun terlewati
sampai tiba saat nya aku disibukkan dengan try out, les dan kursus. Aku
menyisihkan uang jajan ku setiap hari untuk membayar BIMBEL (BIMbingan BELajar
) matematika di salah satu guru di SMK ku. Aku pikir kalau aku selalu minta
sama orang tua ku mungkin beban mereka akan semakin berat. Aku lihat-lihat uang
yang harus di bayar pun 2 jutaan jadi aku memilih untuk tidak jajan selama 4
bulanan demi membayar BIMBEL ku. Walaupun begitu aku sangat senang menjalani
nya, karena memang aku sudah terbiasa lapar. Aku selama 4 bulan selalu di
sekolah. Berangkat pagi pulang petang, walaupun tidak ada les aku selalu diam
di sekolah mencari materi bahan ujian maupun belajar kelompok sama teman-teman
ku. 4 bulanan aku seperti itu seolah-olah aku tidak pernah ada waktu untuk
keluarga ku. Hanya hari minggu saja aku menghabiskan waktu untuk mereka. Aku
selalu rajin belajar untuk mempersiapkan UN karena mau menunjukkan kepada bapak
ku kalau aku bisa masuk 10 besar dari ratusan siswa SMK. Dari awal try out
nilai matematika ku selalu tertinggi makannya aku rajin belajar supaya tidak
hanya di try out saja aku mendapat nilai tertinggi. Selama 4 bulanan juga aku
makan tidak teratur , tidur pun tidak nyenyak. Setelah beberapa ujian sudah
berlalu aku sedikit puas dengan nilai-nilai try out ku. Kini ujian nasional pun
tiba malamnya aku tidur lebih awal karena aku pikir hari pertama UN itu bahasa
indonesia jadi aku sedikit santai dan tidak belajar tapi aku masih bisa
menjawab di pagi harinya. Sepulang dari UN aku memutuskan untuk tidak pulang
masalahnya aku sudah janji sama teman ku mau belajar kelompok karena hari ke 2
mata pelajaran UN adalah matematika. Semua teman-teman ku pada resah tapi lain
hal dengan ku karena memang dari awal BIMBEL yang di kasih hanya contoh-contoh
soal UN. Dan aku sudah terbiasa dengan soal-soal itu. Awalnya sih aku pikir
soal UN sulit namun tidak ternyata lebih gampang dari yang aku pikirkan. Dan
kini aku dan semua teman-teman lega karena matematika sudah berlalu dan hari
terakhir tinggal bahasa inggris. Tapi insya allah bahasa inggris ku lancar walaupun
setelah ku koreksi masih banyak yang keliru.
Singkat cerita setelah di
tunggu-tunggu ternyata pengumuman UN sudah tiba aku berangkat siang dan aku takut
banget. Teman –teman ku pada bawa wali
mereka hanya aku saja yang datang sendiri tanpa wali karena aku memang sengaja
tidak kasih tahu bapak ku. Aku takut kalau aku tidak masuk 10 besar. Tapi
sampai pengumuman tiba nama ku di panggil no 2 itu pun aku tidak tahu soalnya
aku tidak di tempat pengumuman melainkan di gerbang sekolah, aku takut tapi
rasa takut itu tiba-tiba berubah menjadi rasa senang setelah aku menerima
piagam dan aku adalah orang pertama yang dikasih selamat sama kepala sekolah ku
waktu itu karena memang aku adalah orang yang mewakili SMK ku untuk tanda
tangan UN jujur, makanya aku dikenal kepala sekolah.
Setelah lulus orang tua kini
susah aku mau di kuliahkan kemana sedangkan uang pun tidak ada. Aku mencoba
ikut bidikmisi tapi aku tidak lulus sampai akhirnya aku disuruh kuliah ke jogja yang bagi orang tua ku biaya nya lebih
murah. Karena jika aku kuliah di Lombok orang tua ku tidak sanggup membiayai
ku. Dan kini aku masih mengingat dengan jelas pertanyaan yang timbul sejak SMP
itu siapakah sebenarnya aku ini? Sampai sekarang mungkin aku sudah melupakannya
karena memang semakin lama aku semakin bingung siapa aku.
Sekian kisah ku. Memang hidup itu
terkadang senang namun terkadang juga susah. Dan yakinlah Tuhan telah menyimpan
suatu rahasia yang luar biasa untuk kita bisa menjawab pertanyaan siapakah diri
kita sebenarnya?
by: ASNA ERA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar