Mungkin
ini adalah kesempatan terakhir aku untuk memilih dimana aku harus kuliah. Dan
waktu itu aku sudah mantap untuk kuliah di jogja untuk menyenangkan hati
keluarga ku yang setiap hari sealalu susah dengan aku. Awalnya keluarga ku
sangat setuju banget kalau aku kuliah di jogja soalnya aku punya teman cewek
dan kebetulan itu adalah teman aku
paling akrab di SMK. Dan aku pun merasa setuju dengan keputusan itu. Tapi
keinginan memang tidak selalu dengan yang kita mau, teman ku itu tiba-tiba sms
aku, dia bilang “ dia mengundurkan diri untuk kuliah di jogja dengan alasan
keluarganya tiddak bisa lebaran tanpa dia”. Hatiku yang senang tadi tiba-tiba
seperti orang kesambar petir tidak sadarkan diri. Aku hanya bisa menangis di
kamar sendirian, aku sempat berpikir bahwa kalau aku tidak punya teman cewek
dari rumah terus nanti di jogja aku mau ngapain masalahnya aku sangat sulit
banget untuk bisa beradapsi dengan lingkungan baru. Aku di tanya ini , ditanya
itu sama ibuku tapi aku tidak bisa menjawab. Mulutku terasa berat untuk
mengeluarkan kata-kata walaupun hanya satu patah kata pun.
Dada ku terasa tertusuk jarum tak henti-hentinya saking sakitnya. Padahal waktu itu aku berangkat tinggal 1 minggu lagi ke jogja. Aku sudah pasrah. Kakak ku membaca sms ku dan akhirnya keluarga ku tahu kalau aku menangis karena aku menghawatirkan kuliah ku yang tidak punya teman di jogja. Setiap hari setiap malam ibuku selalu menangis termenung sendiri memikirkan aku. Apalagi aku seorang cewek dan bagi keluarga ku aku belum dikasih kepercayaan untuk merantau ke daerah orang apalagi harus menyebrang laut. Akan tetapi karena keinginan mereka untuk bisa melihat anak nya sukses mereka rela asalkan anak nya bisa sama dengan anak-anak tetangga yang sudah sukses. Setiap hari aku selalu termenung di kamar, mengurung diri. Mungkin ibu ku tidak tahan melihat aku begitu terus seolah-olah aku tidak senang dengan keputusan bapak ku yang mau melanjutkan aku kuliah di jogja. Dan akhirnya ibu ku menangis di depan ku dan aku masih ingat ibu ku bilang sama aku “ nak, kalau meamng kamu merasa keputusan kami ini tidak adil buat kamu , sekarang pilih kamu mau kuliah dimana ? walaupun ibu ku bilang seperti itu tapi aku masih tidak bisa mengeluarkan suara tapi aku menunjuk sebuah kalender di dinding kamar ku yang kebetulan gambarnya itu sebuah Universitas di Bali. Ibuku menatap kalender itu dengan raut muka yang begitu ragu namun terlihat jelas kalau ibu ku sangat ingin aku tersenyum. Disaat itu juga bapak ku masuk kamar dan entah karena apa ayah ku sangat tidak setuju kalau aku kuliah di bali. Sampai sekarang alasan itu aku masih tidak mengerti. Pikir ku mungkin karena pacar ku kuliah di bali ? atau karena memang kehidupan di bali itu bebas ? atau karena biaya ekonomi di bali itu terkenal sangat mahal ? berbagai pertanyaan menyerang ku. Aku kewalahan dengan tanda tanya tersebut.
Dada ku terasa tertusuk jarum tak henti-hentinya saking sakitnya. Padahal waktu itu aku berangkat tinggal 1 minggu lagi ke jogja. Aku sudah pasrah. Kakak ku membaca sms ku dan akhirnya keluarga ku tahu kalau aku menangis karena aku menghawatirkan kuliah ku yang tidak punya teman di jogja. Setiap hari setiap malam ibuku selalu menangis termenung sendiri memikirkan aku. Apalagi aku seorang cewek dan bagi keluarga ku aku belum dikasih kepercayaan untuk merantau ke daerah orang apalagi harus menyebrang laut. Akan tetapi karena keinginan mereka untuk bisa melihat anak nya sukses mereka rela asalkan anak nya bisa sama dengan anak-anak tetangga yang sudah sukses. Setiap hari aku selalu termenung di kamar, mengurung diri. Mungkin ibu ku tidak tahan melihat aku begitu terus seolah-olah aku tidak senang dengan keputusan bapak ku yang mau melanjutkan aku kuliah di jogja. Dan akhirnya ibu ku menangis di depan ku dan aku masih ingat ibu ku bilang sama aku “ nak, kalau meamng kamu merasa keputusan kami ini tidak adil buat kamu , sekarang pilih kamu mau kuliah dimana ? walaupun ibu ku bilang seperti itu tapi aku masih tidak bisa mengeluarkan suara tapi aku menunjuk sebuah kalender di dinding kamar ku yang kebetulan gambarnya itu sebuah Universitas di Bali. Ibuku menatap kalender itu dengan raut muka yang begitu ragu namun terlihat jelas kalau ibu ku sangat ingin aku tersenyum. Disaat itu juga bapak ku masuk kamar dan entah karena apa ayah ku sangat tidak setuju kalau aku kuliah di bali. Sampai sekarang alasan itu aku masih tidak mengerti. Pikir ku mungkin karena pacar ku kuliah di bali ? atau karena memang kehidupan di bali itu bebas ? atau karena biaya ekonomi di bali itu terkenal sangat mahal ? berbagai pertanyaan menyerang ku. Aku kewalahan dengan tanda tanya tersebut.
Terdiam dalam keramaian dan hanya
itu yang bisa aku lakukan ketika semua keluarga ku menghampiri ku. Setiap dari
mereka memberi pendapat tentang kuliah ku ini. Dan orang yang paling menentang
aku kuliah ke jogja adalah nenek ku. Karena memang nenek ku adalah ibu
sekaligus bapak kedua ku dalam keluarga ku . dia yang selalu meamnjakan aku.
Selalu memenuhi keinginan ku tanpa harus marah-marah sama aku . dan andaikan
nenek ku punya uang mungkin nasib ku tidak semenderita itu. Dari sekian banyak
suara yang aku dengar akhirnya kakak ku lah yang terakhir berkomentar. Dia
menangis dan aku paling sangat luluh dengan tangisan, waktu itu dia mengucapkan
“ dik, jujur selam ini kami sudah berusaha membicarakan kuliah mu dengan semua
keluarga tapi kami tidak mampu melanjutkan kamu ke Universitas lain karena kami
tidak punya biaya, kalau kami punya biaya kami lah yang sangat tidak ingin kamu
kuliah ke luar daerah. Tapi kami mohon berpikirlah dan mengertilah keadaan
kami. Andai kita orang kaya mungkin kamu tidak akan begini. Kami sangat sakit
melihat kamu begini terus, kalau kami sudah berpendapat dan kamu tetap saja
tidak setuju mungkin kamu tidak akan kuliah untuk tahun ini, dan kami akan
berusaha mencari uang untuk biaya kamu kuliah tahun depan. Mendengar ucapan
kakak ku itu aku terhenti dari kebisuan. Air mata yang tak bisa terbendung
mengiringi mulut untuk bisa berbicara walaupun terpatah-patah. Aku bilang, “ ya
... aku siap kuliah ke jogja dan apa pun resikonya nanti itu urusan belakangan
karena aku tidak mau nganggur. Entah karena rasa malu atau rasa apa lah namanya
aku tidak mau nganggur. Walaupun seribu alasan aku tidak mau nganggur. Akhirnya
3 hari lagi aku berangkat ke jogja. Dengan sisa waktu yang 3 hari aku gunakan
untuk membuat orang tua senyum. Walaupun dalam hati ku masih tetap ada rasa
ragu-ragu. Orang tua ku sudah sangat ikhlas aku berangkat ke jogja namun lain hal
dengan orang yang selalu memanjakan ku yaitu nenek ku. Dia memperlakukan aku
selama ini bagaikan boneka kesayangannya. Semua yang dia punya semua nya untuk
ku. Sampai-sampai saudara-saudara ku iri melihat semua perlakuan nenek ku sama
aku itu. Jujur, aku tidak bisa melihat wajah nenek ku sedih apalagi sampai
mengeluarkan air mata. Aku sangat menjaga perasaan nenek ku. Semakin aku
berusaha membuat nenek ku tersenyum, air mata nenek ku semakin deras mengalir
di mukanya yang sudah keriput itu. Setiap pagi aku terbangun aku selalu
menghindar dari nenek ku. Setiap kali dia memanggil nama ku aku selalu mencari
alasan karena aku tidak mampu melihatnya. Jangan kan bertemu dengar namanya
saja aku sudah menangis. Aku mulai menerima dengan sangat ikhlas kalau nanti di
jogja aku tinggal sendiri. Namun suatu ketika aku sedang membantu ibu ku masak
tiba-tiba aku menerima sms. Dan itu nomor baru aku juga bingung itu siapa tapi
yang jelas di sms itu mengatakan “ asna, msih gak di buka pendaftaran di AMA
itu ? aku kaget banget setelah membaca nama terakhir di sms itu. Aku langsung
saja balas sms itu. Dan intinya orang ini mau ikut kuliah ke jogja kebetulan
juga orang ini satu SMK sekaligus satu jurusan sama aku namun beda kelas tapi
aku tidak menghiraukan masalah adaptasi dengan dia karena meamng aku dan dia
sedikit dekat. Aku membacakan sms itu di dekat keluarga ku. Mereka semua senyum
berseri-seri karena tidak khawatir lagi dengan kesendirian ku nanti di daerah
orang. Waktu malam terakhir aku di rumah semua orang menyalami ku, semua orang
kelihatannya tidak ingin melewati satu menit pun bersama ku. Semakin aku
melihat wajah-wajah mereka aku semakin tidak mau melihat malam itu cepat-cepat
berlalu. Aku selalu memandang wajah nenek ku, aku pikir malam itu semua orang
memasang muka topeng. Semua nya tersenyum agar aku bisa tersenyum juga. Namun
hati ku tidak bisa menerima itu semua terlalu cepat. Aku sudah tidak tahan
melihat sandiwara mereka. Aku masuk kamar sambil mempersiapkan barang-barang
yang mau aku bawa. Bapak ku masuk dan bilang, ” sudahlah, jangan pikirkan
orang-orang disini, walaupun nanti kamu sendiri dari sini tapi kalau sudah
sampai di daerah orang kita pasti akan berkeluarga semua”. Aku memandang wajah
bapak ku dengan mata yang berkaca-kaca sambil mengangguk dan waktu itu nenek ku
ikut menangis, aku sangat tidak bisa melihatnya menangis. Cepat-cepat aku
membuat suatu lelucon agar suasana menjadi riang gembira. Aku memasang wajah
yang begitu riang sampai pagi aku selalu senyum walaupun hati ku menagis tapi
aku sangat berusaha untuk tidak menunjukkannya di depan keluarga ku. Malam itu
semua orang tidur di kamar ku, mereka sangat jelas tidak ingin kehilangan ku.
Malam itu ketika orang-orang sudah tidur, aku terbangun untuk menangis
mengeluarkan semua yang mengganjal hatiku, sampai aku merasa sedikit tenang dan
tertidur. Esok hari setelah aku balik dari kuburan, karena memang sudah menjadi
kebiasaan di desa ku kalau kita mau meninggalkan daerah kita dianjurkan untuk
ke kuburan keluarga dulu, agar kita selamat sampai tujuan. Sampai dirumah aku
sudah melihat keluarga ku menyiapkan sarapan. Sampai saat itu semua orang belum
ada yang terlihat menangis, dan aku pun senang. Karena aku paling tidak bisa
melihat orang menangis walaupun itu bukan keluarga ku. Aku sarapan dan sudah siap-siap
berangkat. Sms terus datang tanpa henti dari orang-orang yang sayang sama aku
untuk mengucapkan selamat jalan tapi tak satu pun yang aku balas. Kira-kira 1
jam lagi aku sudah mau berangkat ibu ku tersenyum dan aku pun senyum sambil memeluk
nenek ku di dekat ibu ku. Tapi pas aku mau naik motor entah darimana dan suara
apa itu aku masih tidak sadar , aku dengar-dengar lagi ternyata ibu ku yang
menangis dan aku sudah lemas banget dan tidak bisa berkutik disambut lagi sama
tangisan nenek ku. Akhirnya semua menangis, orang yang tidak pernah menangis
sekalipun ikut menangis menyambut kepergian ku. Ibu ku keluar memeluk ku, dan
aku keluar rumah untuk siap-siap berangkat. Aku merasa kurang saja waktu itu,
aku merasa ada yang ketinggalan tapi aku bingung ap ya? Perasaan semua barang
sudah aku masukkan semua. Ternyata ku perhatikan orang-orang satu per satu hanya wajah nenek k u yang tidak aku lihat.
Aku mau lari masuk ke dalam rumah namun sudah tidak diperbolehkan lagi sama
bapak ku. Aku teriak sekencang-kencangnya sampai akhirnya nenek ku dibawa
keluar oleh kakak ku karena kebetulan nenek ku sudah tidak bisa melihat. Aku
memegang tangannya sambil menangis dan aku dipisahkan, tangan ku ditarik karena
memang bis sebentar lagi datang. Nenek ku teriak menangis dan aku selalu kepikiran
itu terus. Sepanjang perjalanan air mata ku tidak pernah bisa berhenti, suara
teriakan nenek ku yang menaangis sambil menyebut nama ku selalu terdengar di
telinga ku. Seiring perjalanan pacar ku selalu sms menanyakan keadaan ku. Aku
tidak enak banget membalasnya tapi aku juga ingin bertemu dengannya. Karena ada
kendala pacar ku tidak bisa mengantar kepergian ku karena katanya dia tidak
sanggup. Aku dan dia hanya bertemu seminggu sebelum keberangkatan ku. Dia hanya
berpesan aku jangan lupa makan dan jangan lupakan dia. Aku tersenyum sebentar
membaca sms nya setelah tiba di tempat penungguan bis. Aku disana melihat
wajah-wajah baru aku merasa risih banget. Ternyata hari itu Cuma aku yang
datang terlambat aku gunakan waktu yang singkat itu untuk selalu di dekat
orang-orang tersayang ku sambil smsan sama pacar ku. Tiba-tiba suara dari ujung utara
terdengar histeris, aku kira ada orang tabarakan tapi ternyata bis sudah datang
dan suara itu adalah suara tangisan ibu-ibu yang mau ditinggalkan anak-anak
mereka. Ibu ku cepat-cepat memeluk ku dan hari itu mungkin hari yang penuh
dengan tangisan. Aku cepat-cepat naik bis dan menangis di dalam bis. Bapak ku
juga ikut naik ke dalam hanya berpesan agar aku hati-hati dan tidak lupa makan.
Singkat cerita bis jalan dan aku
tidak menangis lagi melihat semua orang senyum. Aku smsan sama pacar ku terus
sampai hp ku mati. Di perjalanan aku tertidur terus karena lemas banget. Sampai
di pelabuhan aku senang-senang saja karena aku membayangkan kalau jogja itu
mewah, indah dan banyak artis-artis jadi mungkin kita bisa bertemu artis yang
selama ini aku hanya melihatnya di TV. Aku membayangkan setelah sampai disana aku
kuliah di kampus yang mewah, dan kehidupan ku akan senang juga. Tapi apa yang
ada dipikiran ku tidak sesuai dengan kenyataan. Aku tiba di jogja malam hari.
Melihat kampusnya jujur aku sudah putus asa. Aku memikirkan lagi bagaimana
perasaan orang tua ku kalau tahu aku tidak senang sampai jogja. Mereka pasti
akan sedih dan akan kepikiran aku terus. Aku mulai menerima keadaan karena
memang itu pilihan orang tua ku dan keputusan aku juga. Aku berpikir menuntut
ilmu itu tidak harus dilihat dari gedungnya tapi lihat ilmu nya. Walaupun hati
ku tidak bisa dibohongi kalau aku sangat kecewa. Aku menjalani semuanya dengan
biasa-biasa saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar